
Sejak pukul 08.00 WIB, (18/6), Masjid Multazam telah tampak ramai. Seluruh karyawan RS Islam Yogyakarta PDHI telah siap mengikuti Pengajian Rutin Ramadhan yang diselenggarakan dalam rangka menyemarakkan bulan suci Ramadhan dan dalam rangka tholabul ilmi. Kali ini, tema berbeda diberikan yakni mengenai Potensi Pencemaran Daging Haram di Yogyakarta.
Pengajian Ramadhan kali ini dibawakan olehUst. Nanung Danar Dono, MP., Ph.D. Beliau menyampaikan tentang banyaknya potensi bahwa daging-daging yang beredar di Yogyakarta itu bisa saja merupakan daging yang haram. Beliau yang juga menjabat auditor halal di LPPOM MUI Provinsi DIY menyampaika, “Kita umat Islammembutuhkan kepastian kehalalan makanan, berhati-hati dalam mengonsumsi makanan termasuk daging,” ujar Bapak Nanung. Sebab, lanjutnya, memakan sesuatu zat makanan yang haram juga akan mendekatkan kita kepada api neraka.
Hal itu, sebagaimana Hadits Rasulullah,”Setiap daging (bagian tubuh) yang tumbuh dari barang yang haram maka api nerakalah baginya”.(HR. Tirmizi). Beliau juga menyampaikan bahwa untuk konsumsi kita harus berhati-hati, khususnya dalam mengonsumsi daging. Sebab, banyak kemungkinan yang dilakukan oleh oknum nakal yang hanya semata-mata mencari keuntungan.
Menurut Ust. Nanung, ada 11 potensi pencemaran daging di Yogyakarta. 11 potensi tersebut antara lain daging yang dioplos dengan daging babi (B2), penggilingan daging sapi campur daging babi, daging anjing (B1)/ ular/ tikus, daging ayam dan sapi bangkai, daging ayam yang diolesi bumbu dengan kuas bulu babi, daging yang tidak disembelih sesuai syariat Islam, daging yang direndam arak sebelum dipanggang, daging impor non halal, daging sapi gelonggong, krecek (gudeg, sambal goreng dll), daging sampah (rumah makan, hotel dkk).
Untuk itu, beliau berharap agar memperhatikan beragam ciri dan mengajak jamaah pengajian untuk lebih peka dan mengetahui perbedaan antara daging halal dan haram. Misalnya, perbedaan warna, aroma, kuah, asap dan lemak pada daging. “Kalau aroma daging sapi kan harum dan kuahnya bening tidak terlalu berminyak,” terang beliau. Sementara daging babi, lanjutnya bersifat sebaliknya, memiliki bau yang sedikit tengik dan enegdan kuahnya sangat kental dan berminyak.
Beliau mengimbau kepada seluruh jamaah agar senantiasa memperhatikan apa yang dikonsumsi baik bagi diri sendiri maupun seluruh keluarga. Sebab, ini juga sangat berpengaruh dalam pembentukan akhlaq seseorang. Jamaahpun mendengarkan dengan sangat antusias.