Endometriosis (Kista Coklat)

Endometriosis (Kista Coklat)

Oleh : dr. Winarni Risanto, Sp.OG. (Dokter Spesialis Kandungan RS Islam Yogyakarta PDHI)

Endometriosis (kista coklat) adalah suatu penyakit di mana terdapat jaringan menyerupai endometrium di luar uterus (rahim) yang dapat memicu reaksi peradangan kronis.

Endometriosis merupakan penyakit progresif yang mengenai 5 – 10 % perempuan usia reproduksi dan lebih dari 30% perempuan yang mengalami infertilitas ditemukan endometriosis saat eksplorasi penyebabnya.

Usia rata-rata wanita yang menderita endometrirosis bervariasi antara 25 – 30 tahun. Endometriosis jarang ditemui pada gadis yang berada pada tahap menjelang haid (premenarcheal), tetapi dapat diidentifikasi pada minimal 50% gadis atau wanita muda berusia kurang dari 20 tahun yang mempunyai keluhan-keluhan seperti nyeri panggul dan dyspareunia (nyeri saat berhubungan).  Kasus endometriosis yang terjadi pada wanita muda berusia kurang dari 17 tahun biasanya berkaitan dengan anomali (kelainan) duktus mullerian dan gangguan servik atau vagina. Kurang dari 5% wanita postmenopause membutuhkan operasi endometriosis, dan kebanyakan wanita pada usia tersebut telah menerima terapi estrogen.

Endometriosis bereaksi terhadap perubahan salah satu hormon reproduksi wanita, yaitu hormon estrogen. Endometriosis ini dapat tumbuh dan dapat pula terjadi perdarahan layaknya perdarahan normal dari uterus selama siklus menstruasi. Jaringan di sekitar endometriosis dapat mengalami iritasi, inflamasi (peradangan) dan pembengkakan. Endometriosis yang luruh dari jaringan ini setiap bulannya akan menyebabkan luka jaringan atau adhesi (perlengketan). Hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri saat sebelum menstruasi dan selama menstruasi.

Gejala yang paling sering dijumpai pada pasien dengan endometriosis seperti dysmenorrhea (nyeri saat menstruasi), dysmenorrhea yang berkaitan dengan endometriosis seringkali mulai dirasakan sebelum aliran menstruasi muncul dan nyeri dirasa makin memberat tepat saat awal menstruasi. Nyeri biasanya bertahan selama menstruasi berlangsung, bahkan terkadang lebih lama dari itu. Gejala lain yang sering dijumpai adalah keluarnya darah saat menstruasi dalam jumlah banyak, nyeri pada panggul di luar siklus mestruasi, sering merasa pusing, dyschezia (konstipasi), dyspareunia (nyeri saat berhubungan), dysuria (nyeri saat BAK). Pada beberapa kasus, pasien dengan endometriosis tidak menunjukkan gejala. Diagnosis endometriosis pada pasien yang tidak menunjukkan gejala biasanya ditemukan secara tidak sengaja.

Endometriosis juga berhubungan erat dengan infertilitas atau kemandulan, hal ini dapat terjadi dikarenakan terganggunya fungsi dari tuba ovari, radang panggul, berkurangnya kualitas sel telur dan gangguan implantasi (penempelan sel telur pada uterus). Selain itu, endometriosis juga dapat mengganggu pergerakan sel telur saat melewati tuba karena adanya adhesi (perlengketan) dan skar atau luka pada tuba.

Faktor risiko endometriosis termasuk obstruksi (penyumbatan) outflow menstruasi (misalnya anomali mullerian), paparan dietilstilbestrol di dalam rahim, kontak yang terlalu lama estrogen endogen (misalnya, karena menarche (menstruasi pertama kali) dini, menopause terlambat, atau obesitas), siklus menstruasi pendek, berat badan lahir rendah, paparan bahan kimia endokrin, dan adanya riwayat keluarga dengan penyakit serupa.

Diagnosa pasti (gold standart) endometriosis ditegakkan berdasarkan laparaskopi, laparatomi dan / atau patologi anatomi. Pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah dengan ultrasonografi (USG). USG hanya dapat digunakan untuk mendiagnosis endometriosis (kista endometriosis) dengan ukuran >1cm, tidak dapat untuk melihat bintik-bintik bercak endometriosis atau perlengketan. Penggunaan USG transvaginal dan MRI akan menghasilkan gambaran yang lebih spesifik.

Stadium endometriosis dilakukan berdasarkan sistem skor American Fertility Society (AFS). Pembagian ini berdasarkan permukaan, ukuran, dan kedalaman implantasi ovarium dan peritoneum pada saat dilakukan laparoskopi. Stadium I (minimal) dengan skor 1-5, stadium II (ringan) dengan skor 6-15, stadium III (sedang) dengan skor 16-40, stadium IV (berat) dengan skor >40. Stadium I dan II hanya ditemukan berupa bercak-bercak di dinding perut atau panggul sedangkan stadium III dan IV ditemukan berupa kista endometriosis di ovarium dan  miometrium (otot rahim). Endometriosis stadium I dan II tidak dapat ditemukan dengan USG baik transrectal atau transvaginal, atau bahkan MRI. Pada stadium ini hanya bisa ditemukan dengan laparoskopi.

Pada dasarnya pengobatan endometriosis dipilih tergantung pada gejala, usia, dan kesuburan. Pengobatan empiris rasa nyeri pada pasien dengan endometriosis (tanpa menggunakan konfirmasi bedah) dapat menggunakan analgesik (obat untuk mengurangi rasa nyeri ). Penggunaan pil kontrasepsi oral mungkin cocok untuk pasien muda. Perawatan menggunakan pil kontrasepsi oral, hormon progestin, androgen, dan agonis gonadotropin-releasing hormon (GnRH) semua dapat diberikan untuk mengelola rasa sakit yang terkait dengan endometriosis. Pil kontrasepsi oral adalah terapi yang paling sering diberikan pada pasien endometriosis. Agonis GnRH dengan atau tanpa tambahan hormon lainnya juga dapat ditawarkan untuk mengelola gejala. Pemberian terapi hormon dapat membantu memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium, dan menjaga agar tidak terbentuk adhesi yang baru, tetapi terapi hormonal tidak dapat menghilangkan jaringan endometriosis yang sudah ada,

Operasi dan eksisi atau ablasi endometrial juga efektif untuk mengelola gejala-gejala yang terkait dengan endometriosis. Endometrium ovari sebaiknya diambil dengan cara kistektomi dengan tujuan untuk mengurangi resiko terjadinya kekambuhan.

Terapi medis saja tidak meningkatkan kesempatan seseorang untuk mencapai kehamilan. Pembedahan pada tahap awal endometriosis dapat meningkatkan kesuburan. Laparoskopi dapat dipertimbangkan untuk mengelola stadium lanjut endometriosis (stadium III-IV). Pengobatan hormonal setelah operasi pengangkatan endometriosis belum terbukti meningkatkan hasil kesuburan.

Hati-hati dengan penyakit Endometriosis. (channelsahabat.com)

0 Komentar