Tingkatkan Kesadaran Tanggap Bencana, RSIY PDHI Ikuti Diklat Teleconference Seminar Hospital Disaster Plan (HDP)

Tingkatkan Kesadaran Tanggap Bencana, RSIY PDHI Ikuti Diklat Teleconference Seminar Hospital Disaster Plan (HDP)

Pagi itu, seluruh peserta diklat telah memenuhi ruang pertemuan RS Islam Yogyakarta PDHI. Diklat Teleconference Seminar Hospital Disaster Plan (HDP) tersebut digelar pada Rabu (7/9). Selain RS Islam Yogyakarta PDHI, beberapa rumah sakit antara lain RSUD Karawang, RS Panti Waluyo Surakarta, RSUP Persahabatan dan RS Tunggul Adhi Bisono mengikuti diklat itu dibersamai oleh PKMK (Pusat Kebijakan Manajemen Kesehatan) Fakultas Kedokteran UGM.

Diklat tersebut berlangsung dengan lancar dan diikuti oleh seluruh peserta dengan antusias. Diklat itu diisi beberapa pemateri sekaligus. Pemateri pertama, berasal dari Pusat Krisis Kesehatan Kementrian Kesehatan, yakni Kepala Sub Bidang Evaluasi, dr. Ina Agustina. Beliau menyampaikan penjelasan tentang indeks risiko bencana serta peran rumah sakit dalam upaya penanggulangan bencana. “Rumah sakit harus senantiasa melakukan upaya pengurangan risiko bencana (PRB) di bidang kesehatan,” ujar dr Ina. Rumah sakit pun juga harus senantiasa melakukan upaya PRB baik pra bencana, saat tanggap darurat maupun setelah terjadinya sebuah bencana.

Rumah sakit, termasuk RS Islam Yogyakarta PDHI, juga harus selalu siap menerima pasien dan tetap menyediakan berbagai layanan penting. Untuk itu, rumah sakit harus tetap aman dan berfungsi dengan kapasitas maksimum. Selain itu, saat bencana, rumah sakit juga harus memiliki sistem pencegahan kecelakaan, berperan sebagai health as a bridge for peace di daerah konflik dan senantiasa meningkatkan status kesehatan masyarakat di wilayah bencana. Menurut dr. Ina, rumah sakit juga dituntut untuk tetap terus menerapkan standar K3. Hal ini sesuai Permenkes No 64 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan.

Sementara itu, materi selanjutnya tentang K3 disampaikan oleh Kepala Bidang Penunjang Sarana RS Sardjito, Ibu Susi Rustinawati. Beliau menyampaikan bahwa keberadaan K3 sangatlah penting, mengingat tujuan K3 sendiri adalah menciptakan lingkungan rumah sakit yang aman dan suportif bagi pasien, keluarga pasien, karyawan maupun pengunjung RS itu sendiri.

Beliau juga menyampaikan, siapapun bisa mengalami kecelakaan ataupun bencana di rumah sakit. Dilihat dari faktornya saja, ada beragam hal yang bisa mengakibatkan kecelakaan. Misalnya faktor mekanik, listrik, radiasi, iklim kerja, kebisingan, bahan kimia, risiko ergonomi pada tindakan operasi serta bahaya psikologi. “Tim K3 harus memiliki jadwal piket serta almari emergency,” terang Ibu Susi. Isinya, lanjutnya, berisi perlengkapan dan prasarana yang lengkap dalam mengatasi berbagai macam bencana, seperti kebakaran, banjir ataupun bencana lain.

Materi selanjutnya disampaikan oleh dr. Adib Abdullah dari Divisi Manajemen Bencana PKMK FK UGM. Materi dijelaskan dengan mengaitkan teori dengan praktik sehari-harinya. Salah satunya, anjuran untuk tidak panik saat terjadi bencana. Menurutnya, tidak mungkin seseorang tidak panik saat terjadi bencana. Hal yang bisa dilakukan adalah mengurangi atau memperpendek shock/kepanikan tersebut. “Tidak mungkin seseorang tidak panik saat ada bencana/musibah. Tapi yang paling tepat adalah mengurangi atau memperpendek shock/kepanikan tersebut,” jelasnya.

Dr. Adib juga menyampaikan bahwa seharusnya ada pola HDP yang baku dalam bentuk regulasi dan standar. Selain itu perlu pengembangan sistem gladi/uji coba yang komprehensif. “Dalam hal ini, masyarakat juga perlu dilibatkan dan diberdayakan dalam disaster plan,” tambahnya. Sementara itu, materi keempat disampaikan oleh Bapak Hendro Wartatmo Wardoyo. Beliau menyampaikan tentang langkah mengatasi bencana berikut pembagian tugas tim penanganan bencana serta disaster plan yang baik dan benar. Para peserta pun mendengarkan penjelasan semua pemateri dengan penuh semangat.

dsc_0683

sam_3653

sam_3619

0 Komentar