
Oleh : dr. Sulasmi, Sp. KJ. (Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS Islam Yogyakarta PDHI)
Siapapun di antara kita dapat mengalami depresi, baik pada orang yang tua, muda, kaya, miskin atau dengan status sosial serta latar belakang pendidikan apapun. Depresi merupakan suatu keadaan seseorang yang merasa sedih, tidak berdaya dan merasa tertekan. Seseorang yang mengalami depresi biasanya ditandai dengan hilangnya minat atau kesenangan yang telah menjadi kebiasaannya. Seseorang yang tidak memiliki gairah terhadap sesuatu bisa menunjukkan gejala depresi . Dulu, depresi disebut dengan melankolia.
Depresi dapat pula ditunjukkan dengan hilangnya rasa kepercayaan pada diri sendiri, gangguan nafsu makan atau tidur serta merasa tidak berguna. Seseorang yang mengalami depresi juga akan menunjukkan adanya perlambatan atau pengurangan aktivitas. Jika biasanya dia aktif, maka seseorang tersebut akan tampak kehilangan semangatnya.
Depresi bisa juga disebabkan saat kita kehilangan sesuatu yang sangat besar dan berarti dalam hidup kita. Misalnya saja kehilangan harga diri, kehilangan sahabat ataupun kehilangan seseorang yang sangat dicintai. Namun, berdasarkan keilmuan, penyakit ini bukan disebabkan karena guna-guna atau faktor mistik. Biasanya, masyarakat masih mengaitkan depresi berat dengan faktor-faktor mistik tersebut.
Dalam keadaan depresi, seseorang yang memiliki gejala depresi juga menunjukkan perlambatan atau pengurangan aktivitas, merasa bersalah dan merasa berdosa. Depresi biasanya menyerang orang yang lebih melankolis, lebih perasa, lebih sensitif dan seseorang yang menerima penderitaan sebagai bagian dari hidupnya. Risiko terburuk dari depresi adalah melakukan tindakan atau upaya bunuh diri.
Tingkatan depresi dimulai dari gejala ringan seperti sedih dan sulit tidur hingga menimbulkan gejala somatik seperti sakit perut, sakit kepala hebat, nyeri dan lemah di seluruh badan. Sementara depresi berat ditandai dengan adanya penurunan fisik hingga keinginan bunuh diri atau melukai orang lain.
Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab depresi antara lain adalah faktor kejiwaan individu, faktor lingkungan dan faktor genetik.
Faktor kejiwaan individu berasal dari kepribadian individu itu sendiri serta tergantung pada kematangan kejiwaan seseorang. Artinya, faktor penyebab depresi juga berasal dari bagaimana kepribadian seseorang itu dibentuk atau terbentuk.
Faktor lingkungan yang berada di luar diri individu dapat menimbulkan depresi, misalnya keadaan di lingkungan memberikan pressure (tekanan) yang sangat besar pada diri seseorang saat ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintai.
Seseorang dapat memiliki kemungkinan depresi yang lebih besar dan lebih rentan dari faktor penyebab depresi yang berasal dari genetik. Beberapa faktor di atas adalah berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami depresi. Berdasarkan hal tersebut, bisa jadi satu orang dengan orang lainnya memiliki tingkat rentan depresi yang berbeda.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pencegahan depresi antara lain adalah pola asuh orang tua yang baik, memperbanyak sosialisasi dengan orang lain, menentukan dan berupaya meraih tujuan hidup, menghindari stres yang berlebihan, dan dapat menerima apa yang ada pada diri.
Pola asuh orang tua kepada anak sangat berpengaruh terhadap seseorang apakah seseorang rentan depresi atau tidak. Orang tua yang baik akan mendidik anaknya menjadi seseorang yang memiliki tingkat emosi yang seimbang. Orang tua sebaiknya mengajarkan arti kehidupan dan berbagai macam kenyataan baik yang pahit ataupun manis yang bisa terjadi di dalam kehidupan.
Cara lain mencegah seseorang depresi adalah dengan banyak terlibat dalam pergaulan, beradaptasi dengan lingkungan, sosialisasi, interaksi dengan orang lain serta belajar untuk terus berpikir positif.
Tidak sedikit dari anak muda yang mengalami depresi karena tidak bisa menentukan atau meraih tujuan hidupnya. Sedari awal seharusnya para pemuda memiliki tujuan dan rencana hidup yang jelas dan terus berupaya untuk meraih tujuannya.
Salah satu penyebab depresi adalah stres. Stres adalah suatu keadaan yang seharusnya bisa membuat kita harus segera menyesuaikan atau adaptasi dengan perubahan yang ada. Keadaan yang membuat seseorang tertekan dinamakan stressor. Stres bisa berasal dari diri sendiri, orang lain ataupun faktor lingkungan. Untuk menghindari stres berlebihan, jangan membuat perubahan yang besar dalam waktu yang bersamaan. Sebab, jika kita tidak bisa menyesuaikan diri, hal itu membuat kita depresi.
Cara lain mencegah depresi adalah dengan menerima apa yang ada pada diri masing-masing. Untuk itu, belajar menerima kekurangan, terutama untuk hal-hal yang tidak mungkin diubah sangatlah penting. Jika kita tidak bisa menerima kekurangan diri, maka dapat membuat diri kita stres yang berkelanjutan dan berakhir depresi.
Perlu diketahui, bahwa pada tingkat depresi ringan hingga sedang, penyakit ini bisa diatasi dengan peningkatan kepercayaan diri dan mengubah pola pikir menjadi lebih positif. Bisa juga didukung dengan bantuan dan dukungan orang-orang di lingkungan kita.
Jika gejala berlanjut hingga terjadi gangguan fisik yang berlebihan seperti tidak bisa tidur dalam waktu lama, penurunan fisik, adanya keinginan bunuh diri maupun adanya tindakan melukai orang lain maka pada kondisi ini penderita perlu mendapatkan penanganan dan perawatan yang lebih optimal. Pada penderita depresi berat perlu segera berkonsultasi dengan dokter.

Siapa saja bisa terkena depresi. (diyhealth.com)