
Oleh : dr. Lukluk Purbaningrum (Kepala Unit Rawat Inap RS Islam Yogyakarta PDHI)
Masalah kesehatan sering berhubungan dengan kondisi alam sekitar atau lingkungan. Salah satu penyakit di musim penghujan seperti saat ini adalah penyakit Leptospirosis.
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini. Beberapa jenis hewan yang dapat menjadi pembawa leptospirosis, yaitu anjing, hewan pengerat seperti tikus, dan kelompok hewan ternak seperti sapi dan babi. Banyak masyarakat yang mengenal penyakit ini dengan penyakit akibat air kencing tikus.
Leptospira masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit dan membrane mukosa yang terluka, cairan mata, tertelan melalui air atau makanan yang selanjutnya masuk ke dalam aliran darah dan berkembang khususnya pada area mata, tenggorokan, pembuluh darah, dan dapat bertahan lama di ginjal dan di sumsum tulang.
Bakteri ini masuk ke dalam pembuluh darah, organ-organ lain juga terkena seperti jantung dan hati, sehingga dapat menyebabkan kerusakan di banyak organ dan mengakibatkan Weil Disease di antaranya ditandai dengan pasien mengalami penurunan kesadaran, anemia, ikterik atau kuning dan gagal ginjal.
Gambaran klinis dibagi menjadi dua fase. Fase pertama adalah fase leptospiremia dan fase kedua adalah fase imun. Fase leptospiremia ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan cairan sumsum tulang, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasanya di bagian depan, rasa sakit yang hebat terutama pada paha, betis dan pinggang disertai dengan nyeri tekan. Demam tinggi yang disertai mengigil, juga didapati mual, muntah disertai mencret, bahkan dapat terjadi penurunan kesadaran. Pada hari keempat dapat disertai dengan mata merah. Pada kulit dapat dijumpai kemerahan. Kadang dapat dijumpai pembesaran hati dan limpa. Fase ini berlangsung selama 4-7 hari.
Untuk yang selanjutnya, yakni fase imun. Fase ini ditandai dengan peningkatan titer antibody, dapat timbul demam tinggi disertai menggigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit menyeluruh di otot-otot leher terutama di otot bagian betis. Terdapat perdarahan berupa mimisan, gejala kerusakan pada ginjal dan hati, tampak kuning. Pada sekitar 50% pasien dapat terjadi meningitis (radang selaput otak). Pada fase ini leptospira dapat dijumpai dalam urine.
Pencegahan terhadap penyakit ini sangatlah penting. Bagi mereka yang memiliki risiko tinggi untuk tertular leptospirosis misal petani atau masyarakat di daerah banjir harus diberikan perlindungan khusus yang dapat melindungi dari kontak dengan bahan-bahan yang terkontaminasi dengan kemih binatang reservoir seperti tikus.
Demikian pula menjaga kebersihan tangan sebelum kontak dengan makanan sangatlah penting. Mencuci tangan dan kaki setelah bekerja diĀ kawasan berisiko misalnya sawah, kebun, sampah, dan kawasan pasca banjir. Jika ada luka, lindungi luka dengan balutan yang baik. Tutup makanan supaya tidak terkena tikus. Segera mendapatkan perawatan dokter jika mempunyai gejala penyakit ini. Pemberian Doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan bermanfaat untuk mengurangi serangan leptospirosis bagi mereka yang risiko tinggi dan terpapar dalam waktu singkat.
Artikel ini bisa dibaca di Koran Republika, edisi Rabu, 15 Maret 2017 halaman 22.