
Masjid Ar-Rahman Poespodihardjo di kompleks UGD RS Islam Yogyakarta PDHI, dipenuhi dengan jamaah Pengajian Ahad Pahing (PAP) kemarin, Ahad (2/4). Sejak pukul 06.00 pagi, seluruh peserta pengajian telah mulai berdatangan. Usai membaca Al-Qur’an dan maknanya secara bersama-sama, Humas RS Islam Yogyakarta PDHI, Bapak Andi Pasya pun menyampaikan sejumlah informasi, diantaranya tentang pembangunan gedung baru di lingkungan RS Islam Yogyakarta PDHI.
Bapak Andi menyampaikan informasi tentang adanya target pembangunan gedung bedah sentra dan rawat inap dengan luas total 2200 meter persegi. Rencananya, gedung yang akan dibangun di sebelah timur garasi ambulans, di Gedung Induk RSIY PDHI ini dibangun dua lantai. Untuk lantai satu, dipergunakan untuk ruang rawat inap kelas 1 dan 2 dengan pemisahan pasien putra dan putri. Untuk kelas 1 putra berjumlah 10 bed, sedangkan kelas 2 ada 12 bed, begitupun ruang rawat inap bagi putri. Sementara itu, lantai dua difungsikan untuk ruang operasi, ruang ICU/ICCU dan ruang sterilisasi. “Insya Allah tahun ini dimulai pembangunannya,” ujar Bapak Andi.
Selain informasi mengenai pembangunan di lingkungan RSIY PDHI, Bapak Andi juga menjelaskan alur pendaftaran online khusus pasien BPJS. “Kagem pendaftaran online, bapak/ibu saget telepon nomor (0274) 49800 utawi whatsapp (0274) 8002020,” tambahnya. Bukan hanya itu, Bapak Andi juga menyampaikan informasi terkait dibukanya senam hamil bagi karyawan maupun bisa diakses umum setiap Sabtu.
Sementara itu, K.H. Drs. Sunardi Syahuri, selaku pembicara dalam pengajian Ahad Pahing menyampaikan materi mengenai ahli kitab. Menurut beliau, seandainya ahli kitab itu mengikuti Kitab Injil maupun Taurat, maka insya Allah ahli kitab akan masuk agama Islam. Bahkan, jika para ahli kitab itu memohon ampun dan berserah diri kepada Allah, maka Allah akan mengampuni mereka dan memasukkan mereka dalam jannatun naim. “Sing nggugu Injil insya Allah akan beriman pada Islam. Aslinya, nek manut Taurat juga, pasti patuh juga akhirnya kepada Islam,” tambah beliau.
Ustadz Sunardi juga berkisah tentang ritual orang Yahudi yang meratap dan menangis di Tembok Ratapan, yang berdekatan dengan Masjidil Aqsa. Padahal, di dalam kitab Taurat dan sesuai dengan ajarannya, tidak ada tuntunannya. “Jangankan orang Yahudi, orang Islampun juga sering bertindak tidak sesuai dengan tuntutan Islam,” katanya. Misalnya, saat menyikapi fenomena/kejadian meninggalnya seseorang.
Jika terjadi hal itu, bukan malah membantu, kita justru merepotkan orang yang terkena musibah tersebut. Misalnya, tempat orang yang meninggal malah harus menyediakan makanan. Hal tersebut, menurut beliau, tidak ada tuntunannya dalam Islam. “Nek ono sedulur sing kesripahan, ki dicukupi. Nek sing ninggal duwe anak yatim ya ndang diurus. Ora malah ngrusuhi,” tegas Ustadz Sunardi. Sebab, tanpa bantuan kita, orang yang ditinggal justru akan semakin bersedih hati. “Mati ragat, loro ragat. Awake dewe moro kok malah ngentekne pangan,” tambahnya. Semua bantuan yang diberikan pada orang yang terkena musibah, juga harus berniat ibadah.
Dalam pengajian itu, Ustadz Sunardi juga menegaskan tentang kenabian Nabi Isa AS. Nabi Isa, tegasnya, bukanlah anak Allah melainkan utusan Allah. Bahkan, hal ini juga ada di dalam Injil, jadi seharusnya para ahli kitab itu juga beriman pada Islam. “Contohnya saja Drs. H. Wilibrodus Romanus Lasiman,” ujar Ustadz Sunardi. Beliau, kata Ustadz Sunardi, kini menjadi muslim, karena beliau adalah orang-orang yang patuh pada Injil. Banyak lagi ahli kitab lain yang memang mematuhi Injil dan Taurat yang akhirnya beriman kepada Islam.