
Sejak pagi (17/4), seluruh karyawan RS Islam Yogyakarta PDHI telah berkumpul di halaman. Seperti biasa, mereka hendak mengikuti agenda rutin setiap Senin, yaitu apel pagi. Dalam barisan yang rapi, peserta apel mengikuti serangkaian acara dengan tertib dan khidmat. Kali itu, terdapat arahan mengenai pentingnya upaya peningkatan kualitas tenaga kesehatan khususnya bagi tenaga farmasi.
Pada kesempatan itu, arahan disampaikan oleh Sdri. Yonea Bakla, S.Farm, Apt, selaku Kepala Unit Farmasi. Beliau menyampaikan tentang peningkatan kualitas tenaga kesehatan, khususnya tenaga farmasi di RS Islam Yogyakarta PDHI. “Tenaga farmasi perlu memiliki beberapa kompetensi demi meningkatkan kualitas pelayanan,” ujar Sdri Yonea.
Misalnya saja mengenai pemberian layanan sepenuh hati kepada pasien. “Pemberian pelayanannya dan teknis asuhan kefarmasian itu pun harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Misalnya ada pasien dengan masalah biaya, maka masalah yang diselesaikan berbeda dengan pasien yang tidak memiliki masalah ekonomi,” tambahnya.
Seorang petugas farmasi juga harus memiliki kemampuan sebagai decision maker. “Artinya, tenaga farmasi harus bisa menjadi pengambil keputusan dengan permasalahan farmasi,” ujar Sdri Yonea. Misalnya, kesulitan tenaga farmasi dalam membaca resep dokter. Disana, seorang petugas farmasi harus bisa mengambil keputusan, apakah konfirmasi langsung ke dokter pemberi resep atau bertanya pada petugas lain.
Petugas farmasi juga dituntut untuk menjadi komunikator yang baik. “Ini bahkan berlaku untuk semua petugas dari semua unit. Jangan sampai adanya ketidakpuasan karena tidak menjalin komunikasi yang baik,” tambah Sdri Yonea. Meski bukan manager, seorang petugas farmasi wajib memiliki kemampuan mengelola sumber daya manusia maupun sumber daya fasilitas di Unit Farmasi dengan baik. Misalnya mulai dari perencanaan obat, penyimpanan hingga pemusnahan obat yang memiliki pengaturan yang baik.
Bukan hanya itu, petugas farmasi juga harus memiliki kepemimpinan yang baik serta menjadi seorang Long Life Learner (pembelajar seumur hidup). “Artinya, keinginan untuk belajar harus selalu ada. Ini juga berlaku untuk semua petugas di RSIY PDHI yang memang harus update terus kapasitas keilmuan, baik dari bangku pendidikan ataupun pengalaman,” jelasnya. Meskipun sebagai pembelajar, seorang petugas farmasi juga harus bisa menjadi teacher atau guru yang selalu menyebarkan ilmu. Sebab, regenerasi dan penularan ilmu pengetahuan penting demi perkembangan rumah sakit.
“Petugas farmasi juga perlu menjadi Researcher atau peneliti. Misalnya meneliti waktu tunggu atau penggunaan obat/ efektivitas obat,” terang Sdri Yonea. Hal yang juga tak kalah penting, setiap petugas kesehatan di RSIY PDHI harus menjadi seorang yang mandiri secara finansial, misalnya dengan menjadi seorang entrepreneur (wirausahawan). “Jika sudah mendapatkan kemandirian finansial, maka pelayanan yang kita berikan pun akan semakin sebaik-baiknya,” pesannya.