
Lantunan ayat suci Al – Qur’an terdengar di lingkungan Masjid Multazam di Gedung Induk RSIY PDHI. Pembacaan ayat suci secara berjamaah tersebut membuka pengajian rutin karyawan setiap bulan yang digelar Binrohis RSIY PDHI untuk memfasilitasi karyawan dalam tholabul ‘ilm. Kali ini, pengajian bertema khusus dalam menyambut bulan suci Ramadhan 1438 H/ 2017 M. Apalagi, hanya sekitar dua pekan lagi, Ramadhan akan tiba.
Pada kesempatan itu, pemateri pengajian Tarhim Ramadhan (menyambut Ramadhan) adalah Ustadz Abdullah Sunono. Beliau menyampaikan beragam hal yang berkaitan dengan keutamaan menyambut bulan Ramadhan. Mulai dari keutamaan Sya’ban, penentuan puasa Ramadhan, nikmat puasa hingga hal – hal yang membatalkan puasa.
“Bulan Sya’ban ini juga sangat penting. Apalagi, pada bulan ini manusia seringkali lalai karena tidak termasuk syahrul haram (bulan yang dihormati/ dimuliakan). Namun ini adalah bulan dimana amalan – amalan manusia itu naik kepada Allah,” terang Ustadz Abdullah. Untuk itu, Rasulullah paling banyak berpuasa sunnah pada Sya’ban.
Akan tetapi, kita dilarang berpuasa pada hari – hari sya’. Hari sya’ ini adalah beberapa hari menjelang Ramadhan. “Misalnya jika nanti Ramadhan jatuh pada 27 Mei, maka kita dilarang mendahului puasa Ramadhan dengan puasa di 25 atau 26 Mei. Kecuali jika memang orang yang sepanjang tahun sudah terbiasa berpuasa,” tambah Ustadz dengan nama lain Endri Nugraha Laksana tersebut. Penentuan bulan Ramadhan juga bisa menggunakan metode hisab, rukyat atau perpaduan antara keduanya.
Nantinya, orang – orang yang berpuasa akan mendapatkan pintu khusus memasuki surga yang dinamakan Pintu Ar – Rayan. Ustadz Abdullah juga menyampaikan tentang kenikmatan yang akan didapatkan orang yang berpuasa. “Setidaknya ada dua kenikmatan orang puasa. Yakni nikmat saat berbuka dan kenikmatan ketika bertemu Allah SWT di akhirat karena puasanya,” jelas Ustadz Abdullah. Puasa, tambahnya, adalah amal ibadah yang langsung diperuntukkan bagi Allah dan Allah pulalah yang akan mengganjarnya dengan pahala.
Hukum Puasa Ramadhan bagi setiap orang muslim adalah fardhu ‘ain. Artinya, puasa Ramadhan wajib bagi setiap orang muslim yang mengetahui waktu Ramadhan dan mampu mengerjakan puasa. “Jika dia muslim, tahu waktunya (Ramadhan) serta mampu menjalankannya namun tidak mau mengerjakannya, maka hakikatnya dia telah murtad,”tambah Ustadz Abdullah. Untuk itulah, puasa Ramadhan sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk dikerjakan selama sebulan penuh.
Ada beberapa kondisi dimana seseorang tidak diwajibkan berpuasa. Hal tersebut antara lain sedang dalam keadaan sakit yang memayahkan, sakit menahun, dalam perjalanan jauh (musafir), lanjut usia (tidak lagi kuat berpuasa), pekerja berat (tidak punya profesi lain dan harus mencari nafkah bagi keluarga serta ibu hamil dan menyusui. “Untuk musafir atau sakit yang memayhkan, puasa bisa diqadha (diganti) di lain hari. Kondisi lainnya jika memungkinkan bisa qadha. Namun, jika tidak maka cukup membayar fidyah,” terangnya.
Beliau juga menjelaskan mengenai keutamaan sahur, yakni mengandung berkah. Sementara berbuka juga mengandung pahala sunnah untuk disegerakan jika adzan maghrib telah berkumandang. Bukan hanya itu, Ustadz Abdullah juga menjelaskan mengenai hal – hal yang membatalkan puasa dan yang tidak membatalkan puasa serta Sholat Tarawih. Semua materi mengenai panduan Puasa Ramadhan/ Fikih Praktis Ramadhan tersebut terangkum dalam sebuah buku beliau yang berjudul Berpuasa Seperti Nabi.