Pengajian Karyawan, Kunci Meraih Malam Lailatul Qadar

Pengajian Karyawan, Kunci Meraih Malam Lailatul Qadar

Setiap hari kita diberikan oleh Allah waktu hidup sebanyak 24 jam. 8 jam untuk tidur, sekitar 2 jam untuk beribadah dan sisanya untuk bekerja serta hal-hal lainnya. Jadi, sangat sedikit waktu ibadah kita yang bisa memasukkan ke surga. Di dinilah Allah memberikan momen-momen yang pahalanya besar agar timbangan amal ibadah kita lebih besar daripada dosa-dosa kita. Demikian ceramah Ustadz Tri Wibowo dalam pengajian karyawan, di Masjid Multazam RSIY PDHI, Sabtu (17/6).

Menurut Ustadz Tri, salah satu momen yang berikan Allah untuk menambah pahala kita adalah malam lailatul qadar. Yaitu sebuah malam di bulan ramadhan yang lebih baik dari seribu bulan. Beliau kemudian mengajak jamaah untuk membayangkan bila dalam satu malam kita membaca al-Qur’an, maka pahala bacaan kita lebih baik dari kita membaca al-Qur’an seribu bulan. “Dan itu hanya ada di bulan ramadhan. Karena itu, carilah malam lailatul qadar di sepuluh malam terakhir di bulan ramadhan,” tandas Ustadz Tri.

Karyawati RSIY PDHI sedang khuyu mendengarkan ceramah agama ustad Tri Wibowo

Pengajian rutin karyawan setiap hari Sabtu di bulan ramadhan ini memang mengangkat tema “Meraih malam Lailatul Qadar”. Oleh sebab itu, Ustad Tri mengajak seluruh jamaah yang hadir untuk berlomba-lomba dalam mencari malam yang istimewa tersebut. Karena kenyataannya, di sepuluh malam terkahir justru sering digunakan untuk memikirkan THR (Tunjangan Hari Raya, red) dan mudik. “Jangan sampai aktivitas mudik membuat kita menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan lailatul qadar,” terang Ustad Tri.

Menurut beliau, malam lailatul Qadar adalah malam yang sepsial. Dengan malam itu, nilai ibadah kita lebih baik dari seribu bulan. Ustadz Tri kemudian menjelaskan bahwa, sebagai umat Muhammad, kita diberikan kemuliaan. Kita diberi umur sekitar 60 tahun namun diberikan kesempatan untuk masuk surga sama dengan umat nabi Nuh yang umurnya sampai seribu tahun. “Umur kita pendek, namun diberi kesempatan untuk masuk surga lebih dulu dan mudah dengan adanya malam lailatul qadar,” katanya.

suasana pengajian karyawan sabtu pagi

Bagaimana cara mendapatkan keutamaan malam lailatul qadar ini? Menurut Ustad muda dari Sleman ini, malam lailatul qadar sifatnya adalah umum. Artinya, tidak terbatas waktu pada waktu-waktu tertentu di malam hari. Asalkan waktu malam, maka jika malam tersebut adalah malam lailatul qadar maka semalam penuh adalah lailatul qadar. Siapa saja orang mukmin yang melakukan kebaikan pada malam itu, pasti akan mendapatkan keutamaan tersebut. “Karena itu, perbanyaklah amala ibadah di sepuluh malam terkahir seperti melakukan i’tikaf di dalam masjid,” jelas ustad Tri.

Ustadz Tri kemudian menyitir hadits nabi yang mengatakan malam lailatul qadar itu mulai sepuluh malam terkahir di bulan ramadhan dan pada malam ganjil seperti malam 27 atau 29 ramadhan. Menurut beliau, cara mendapatkannya adalah dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Maka, lanjut beliau, pada sepuluh malam terakhir, beribadahlah sungguh-sungguh, terutama di malam hari. “Karena malam lailatul qadar itu sifatnya semalam secara menyeluruh. Dengan besungguh-sungguh beribadah di malam harinya, maka kita berpeluang untuk mendapatkannya,” terangnya.

jamaah tampak khusyu’ mendengarkan ceramah

Di akhir ceramahnya, Ustad Tri juga mengingatkan kepada para karyawan RSIY PDHI yang hadir untuk mempersiapkan kematian dengan baik. Karena, katanya, setiap kita akan diasingkan di dalam kubur. Sementara anak, istri, keluarga dan harta kita tidak akan menemani kita di sana. Semua pergi meningalkan kita dan kita seorang diri di sana. “Jadi orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan diri untuk mencari bekal yang bisa menemaninya di alam kubur,” tegas Ustad Tri.

Siapa yang akan menemani kita di alam kuburnya? Menurut beliau, amalan-amalan ibadahlah yang menemaninya di alam kubur. Oleh karena itu, Ustad Tri mengajak para jamaah untuk memperbanyak amalan-amalan ibadah, terutama di bulan ramadhan ini agar kelak menjadi teman terbaik di alam kuburnya. “Beruntunglah orang-orang yang hidupnya selalu mengingat kematian, karena orang tersebut pasti akan mempersiapkannya dengan sebaik-baiknya,” tandas Ustad Tri.

0 Komentar