Mewaspadai Sindroma Peter Pan pada Pengantin Baru

Mewaspadai Sindroma Peter Pan pada Pengantin Baru

Ery S. Puspa Dwi, S. Psi, Psi., CHt.

Psikolog RS Islam Yogyakarta PDHI

Ery S. Puspa Dwi, S. Psi, Psi., CHt.

Banyak orang Islam yang memilih bulan Syawal untuk menikahkan putra-putrinya. Rasulullah SAW menikahi Aisyah,ra di bulan Syawal. Ini sekaligus menepis anggapan masyarakat bahwa menikah pada bulan tersebut akan mendapat kesialan atau tidak berkah. Justru sebaliknya, rasul hendak mengingatkan bahwa keberkahan itu dari Allah bukan karena bulan yang salah sebab sejatinya tidak ada bulan yang buruk dalam Islam.

Namun demikian, sebelum Anda menikahkan putra-putri Anda pada bulan Syawal ini, sebaiknya kenali dulu psikologis dari anak Anda. Apakah mereka sudah benar-benar sudah dewasa dan siap untuk memikul beban dan tanggung jawab dalam membina rumah tangganya sendiri?

Pertanyaan ini penting karena sekarang banyak sekali pasangan muda yang belum lama menikah akhirnya bercerai di tengah jalan. Bahkan tidak sedikit yang hanya mampu bertahan beberapa pekan saja. Anehnya, fenomena ini ternyata terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Padahal sewaktu pra nikah, sepertinya tidak ada permasalahan yang terjadi. Namun setelah memasuki gerbang pernikahan, banyak hal yang mereka temui dan mereka kaget karena tidak memiliki kesiapan mental dan kedewasaan. Hal tersebut dapat menjadi pemicu keretakan rumah tangga yang mengakibatkan mereka akhirnya bercerai, meski usia pernikahannya masih sangat muda.

Hal ini sangat mungkin terjadi karena perkembangan kehidupan kejiwaan mereka belum matang atau memiliki sikap kekanak-kanakan. Istilah ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Sindroma Peter Pan ( Peter Pan Syndrome ). Peter Pan adalah seorang tokoh dalam cerita kartun anak-anak, yang dikisahkan sebagai karakter anak lelaki nakal yang bisa terbang dan menolak menjadi dewasa. Watak Peter Pan yang serba kekanak-kanakan ini oleh psikolog Dan Kiley (1983) dipopulerkan untuk sebutan gangguan psikologis, yang disebut sindroma Peter Pan.

Sindroma Peter Pan ditujukan pada karakteristik seseorang yang sudah berusia matang (antara 20 – 40 tahun), namun pola pikir dan perilakunya masih seperti anak-anak. Secara psikologis, seksual dan sosial ia belum atau bahkan tidak menunjukkan kematangan/kedewasaan. Sindroma ini sangat berbahaya dan bisa memicu keretakan rumah tangga bahkan bisa menyebabkan perceraian. Oleh sebab itu, para orang tua harus mewaspadai anak-anaknya sebelum memutuskan untuk menikahkan mereka.

Salah satu cara untuk mewaspadainya adalah dengan melihat ciri-ciri dari sindroma ini. Orang yang terkena sindroma Peter Pan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: cenderung tidak mau bertanggung jawab, suka melawan / memberontak, sulit berkomitmen, manja atau kekanak-kanakan, tidak suka bekerja keras, mudah marah jika keinginannya tak terpenuhi, mencintai diri sendiri secara berlebihan (narsis), mengalami ketergantungan pada orang lain / dependensi, senang memanipulasi dan jago ‘bicara’ untuk membuktikan bahwa dia yang benar. Selain itu, mereka juga memiliki keyakinan yang melampaui hukum-hukum dan norma, enggan untuk hidup sendiri, tidak berani mengambil keputusan dan menanggung resiko, mudah sakit hati atau tersinggung, tidak bisa menerima kritikan, kurang percaya diri dan eggan membina hubungan serius dengan lawan jenis. Bila anak Anda memiliki ciri-ciri demikian, maka berhati-hatilah karena sangat mungkin anak Anda terkena sidroma Peter Pan yang justru bisa membahayakan rumah tangganya kelak.

Mengapa bisa terkena sindroma Peter Pan?

Salah satu penyebab utamanya adalah akibat pola asuh yang salah semasa kanak kanak/remaja. Misalnya: jika anak melakukan kesalahan, orang tua selalu membelanya. Orang tua terlalu melindungi anaknya (over protective), selalu turun tangan dalam setiap masalah anaknya, selalu menuruti permintaan anak, dan sebagainya. Perlakuan pola asuh ini akan membentuk mentalnya yang kekanak-kanakan Akibatnya, meski sudah dewasa tetap saja perilakunya seperti anak-anak.

Bila kondisi ini terus berlangsung sampai dewasa, tentu akan merepotkan orang tuanya. Padahal orang tuanya yang salah dalam menerapkan pola pengasuhan yang baik bagi perkembangan mentalnya. Karena 80% dari pembentukan kepribadian atau karakter seorang anak dipengaruhi oleh lingkungannya, dan hanya 10% dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik). Lingkungan terdekat yang sangat berperan besar dalam membantuk kepribadian anak adalah orang tuanya.

Bila seorang yang menderita sindroma Peter Pan tetap dipaksakan untuk cepat menikah, maka mereka akan mencari pasangan yang memiliki sifat seperti ibunya. Ia akan mencari pasangan dengan sifat-sifat keibuan, dengan harapan istrinya akan layaknya seorang ibu yang akan menyayangi, melindungi dan melayani anaknya. Jika ia tidak mendapatkan sosok istri yang seperti itu, ia cenderung membanding-bandingkan istrinya dengan ibunya. Sehingga rentan timbul konflik yang dapat berakhir dengan perceraian.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk terus mengevaluasi pola asuh terhadap anak-anaknya, khususnya anak lelaki. Jadikanlah anak lelaki Anda anak yang tangguh, bertanggungjawab dan dewasa. Bermula dari pola asuh juga sangat menentukan kehidupan seseorang bahkan dalam hal keberhasilan membina sebuah rumah tangga. Semoga bermanfaat.

0 Komentar