
Berhati-hatilah dalam memilih makanan yang akan dimakan. Sebab makanan yang sering kita lihat sehari-hari mungkin sedikit banyak ada yang ditambahkan Bahan Tambahan Pangan atau BTP. Kepala Unit Gizi, Dini Handayani, Amd, Gizi menyampaikan peringatan itu di hadapan karyawan-karyawati dalam Apel pagi RISY PDHI, Senin (24/7).
Menurut Ibu Dini, BTP ini secara sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk mengawetkan makanan. Selain itu juga untuk memberi rasa manis, memberi warna pada makanan dan memberi tekstur yang lebih baik. BTP ini bila digunakan secara wajar tidak masalah karena sudah diizinkan dan diatur oleh pemerintah sesuai dengan aturan dan kegunaannya. “Yang dilarang dari BTP ini adalah bila ditambahkan ke dalam makanan tapi diselewengkan atau tidak sesuai dengan kegunaannya,” jelasnya.
Contohnya, menurut Ibu Dini, bahan pewarna tekstik atau kertas yang digunakan ke dalam makanan. Biasanya yang sering digunakan adalah rhodamin B karena fungisnya untuk mencerahkan makanan. Ciri-ciri makanan yang mengandung rodamin B biasanya berwarna merah mencolok dan bila dimakan rasanya sedikit pahit di lidah. “Biasanya sering digunakan pada kerupuk atau klanting dengan warna merahnya yang mencolok,” katanya.
Selain itu, makanan lain yang sering ditambahkan BTP adalah bakso dan mie basah. Menurut ibu Dini, seringkali produsen yang tidak bertanggungjawab menambahkan formalin atau borak di dalamnya. Padahal formalin digunakan untuk mengawetkan mayat. “Produsen seringkali menggunakan itu untuk menekan biaya agar keuntungannya lebih besar,” ungkapnya.
Ibu Dini juga memperingatkan kepada kita agar berhati-hati dalam memilih produk makanan dan minuman kemasan. Sebab rasa manis di dalam minuman seperti sirup atau lainnya biasanya diberi tambahan pemanis buatan seperti Siklamat atau Saccharine. “Meski diperbolehkan namun dengan syarat dan batasan-batasan tertentu,” jelasnya.
Ciri-ciri minuman yang ditambahkan Siklamat atau Saccharine biasanya rasanya sedikit pahit, warnanya mencolok dan ada tambahan pewarnanya. Sedangkan pewarna tambahan lainnya yang biasa ditambahkan dalam makanan adalah saus. Menurut Ibu Dini, suas-suas yang mereknya tidak diketahui secara jelas kemungkinan ada tambahan zat kimia atau pewarna yang tidak diperbolehkan. “Produsen nakal menggunakan itu untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar,” kata Ibu Dini.
Karena itu, Ibu Dini mengingatkan kepada seluruh peserta apel pagi untuk berhati-hati dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. “Apalagi untuk anak-anak kita yang sedang dalam tahap penting pertumbuhan,” tegasnya.