
Gempa tiba-tiba terjadi di RSIY PDHI pada jam 09.00 WIB pagi, Sabtu (12/8). Hal ini sontak membuat para dokter, perawat dan karyawan rumah sakit menjadi kaget. Suara sirine tanda bahaya pun berbunyi keras. Mereka pun berhamburan keluar gedung menuju titik kumpulnya masing-masing.
Di gedung UGD, seluruh tenaga medis, karyawan, pasien dan pengunjung keluar berhamburan menuju titik kumpul di hadapan gedung sebelah selatan. Begitu juga yang terjadi di gedung induk, dokter, perawat, pasien dan pengunjung yang ada di bangsal-bangsal pun berhamburan keluar menuju titik kumpul yang aman. Setelah itu, terdengar suara sahut menyahut HT terdengar dari beberapa security.
Gempa yang terjadi membuat gedung rumah sakit tidak bisa digunakan, sehingga memaksa tenda perawatan dibangun di halaman luar. Di gedung induk, tenda perawatan dibangun di depan gedung pertemuan sebelah utara. Sedangkan di UGD, tenda perawatan dibangun di utara masjid Ar-Rohman Poespodihardjo atau baratnya gedung UGD.
Setelah suasana panik, tiba-tiba di UGD kedatangan ambulan pembawa korban gempa. Satu persatu ambulan dan mobil pembawa korban berdatangan dari gedung induk. Ada korban yang luka ringan, luka serius, sampai ada yang meninggal dunia. Begitu juga suasana di gedung induk, para korban berdatangan menggunakan mobil. Secara keseluruhan, jumlah korban 20 orang. Rinciannya, korban meninggal berjumlah 4 orang, luka luar 6 orang, patah tulang 4 orang, dan luka ringan 6 orang. Keadaan semakin histeris dengan teriakan kesakitan para korban.
Itulah suasana yang terjadi di RSIY PDHI pagi itu. Namun jangan panik, ini hanyalah simulasi tanggap darurat bencana yang dilakukan oleh rumah sakit. Gempa yang terjadi bukanlah sungguhan dan para korban yang luka-luka juga hanyalah rekayasa. Menurut ketua Pokja MKF, Abyadhin Ahmad Suwandi, rumah sakit perlu melakukan simulasi seperti itu untuk melatih kesiapan, kesigapan, tanggap dan kecepatan dalam menangani bencana bila sewaktu-waktu terjadi. “Simulasi ini bertujuan agar nanti ada perbaikan panduan keadaan darurat bencana di RSIY PDHI,” katanya.
Sedangkan H. Muhammad Sutadi, S.H, selaku Komite Hukum dan Etik mengungkapkan bahwa setiap tahun pihaknya akan menggelar simulasi tersebut. “Semoga tahun depan lebih baik lagi dengan banyak bagian yang terlibat,” jelasnya.