KULIT CANTIK TANPA JAMUR

KULIT CANTIK TANPA JAMUR

Triasari Oktavriana, M.Sc., Sp.KK

(Dokter Spesialis Kulit & Kelamin RS Islam Yogyakarta PDHI)

Penyakit kulit karena jamur merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat terutama di negara beriklim tropis, tanpa memandang jenis kelamin maupun golongan umur tertentu. Penyakit ini sering menyebabkan gangguan kenyamanan karena rasa gatal yang ditimbulkan sehingga akan menurunkan kualitas hidup bagi penderitanya.

Jamur dapat tumbuh di lingkungan yang sesuai untuk berkembang biak. Manusia termasuk salah satu tempat bagi jamur untuk tumbuh. Penularan jamur pada manusia terbanyak berasal dari hewan ke manusia, dari manusia lainnya serta dari tanah ke manusia.

Jenis Infeksi Jamur Kulit

Beberapa jenis infeksi jamur kulit yang perlu diketahui:

  1. Pitiriasis versikolor (panu) yang disebabkan karena ragi lipofilik yang merupakan flora normal kulit, Malassezia furfur, kelainan kulitnya terutama dijumpai di bagian atas dada dan meluas ke lengan atas, leher dan perut atau tungkai atas/bawah juga pada kulit muka dan kepala. Penderita umumnya mengeluhkan adanya bercak putih, kemerahan, atau kecoklatan berbatas tegas dan tertutup sisik halus dengan rasa gatal terutama saat berkeringat. Ukuran dan bentuk kelainan kulit sangat bervariasi.
  2. Dermatofitosis disebabkan karena jamur dermatofit terutama genus Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton yang dibedakan berdasarkan lokasi tubuh yang terinfeksi, meliputi kulit, rambut kepala, alis mata, bulu mata, permukaan kulit pada badan, lengan dan tungkai, lipatan kulit pada daerah kemaluan dan lipat paha, sela jari kaki dan telapak kaki, kulit telapak tangan serta kuku.
  3. Kandidiasis (kandidosis) merupakan infeksi primer atau sekunder yang disebabkan oleh jamur genus Candida terutama Candida albicans yang umumnya mengenai area lipatan kulit, sela jari, sela paha, ketiak, bawah payudara, mulut (sariawan), kemaluan (keputihan), dan ruam popok.

Penderita seringkali tidak terlalu menghiraukan penyakit karena jamur, karena dianggap hanya sekedar keluhan kosmetik. Padahal penyakit ini bisa menular lewat persentuhan kulit, atau dari pakaian yang terkontaminasi spora jamur. Sebagian penderita baru akan datang memeriksakan diri ke dokter setelah merasakan gangguan kosmetik yang parah akibat infeksi jamur.

Berbagai faktor dapat berperan untuk terjadinya penyakit jamur yang meliputi iklim yang panas dan lembab, keringat yang berlebihan, pemakaian pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat, serta faktor higienitas yang masih kurang. Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan flora normal tubuh karena penggunaan obat antibiotik, steroid dan sitostatika yang meningkat serta adanya penyakit tertentu seperti diabetes melitus atau infeksi HIV/AIDS, kondisi pada saat menstruasi dan kehamilan yang terjadi karena ketidakseimbangan hormonal juga akan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi jamur.

Keluhan utama penyakit jamur berupa rasa gatal terutama pada saat berkeringat. Masyarakat sering melakukan pengobatan sendiri dengan membeli obat antijamur yang dijual bebas di pasaran. Masyarakat seringkali kurang tepat memilih jenis obat dan cenderung berlebihan dalam menggunakan obat antijamur. Akibatnya, ketika pasien memeriksakan diri ke dokter, diagnosis terkadang menjadi tidak jelas gejalanya.

Selain pemeriksaan secara klinis pada lesi kulit, beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan penyakit jamur yaitu dengan pemeriksaan lampu Wood yang dilakukan pada ruang gelap, pemeriksaan KOH dengan larutan KOH 10-20% pada kerokan kulit, mukosa, kuku untuk pemeriksaan mikroskopik, serta pemeriksaan kultur untuk menentukan jenis spesies jamur penyebabnya.

Penatalaksanaan

Secara umum, dengan menghilangkan faktor predisposisi yang memudahkan terjadinya penyakit, hal ini juga akan membantu mencegah berulangnya penyakit, mengobati sumber penularan untuk mencegah reinfeksi dan penyebaran lebih lanjut, memperhatikan kebersihan diri dan menjaga kekebalan tubuhnya untuk menghindari infeksi jamur.

Secara khusus, pemberian obat antijamur dapat diberikan secara topikal maupun oral, yang masing-masing diberikan dengan pertimbangan tertentu, di antaranya luas, lokasi lesi dan tingkat keparahan penyakit. Lamanya pengobatan tergantung pada tingkat infeksi yang terjadi. Jenis obat antijamur memiliki sifat fungistatik dan fungisidal, tidak jarang menumbulkan iritasi. Penyakit kulit karena jamur tak bisa dianggap remeh dan tak selalu bisa diatasi dengan pengobatan sendiri. Dengan demikian, masyarakat diharapkan meminta saran pengobatan kepada dokter dan melakukan pencegahan terhadap infeksi jamur.