
Terik matahari pagi, Senin (13/3) tak membuat seluruh karyawan RS Islam Yogyakarta PDHI enggan mengikuti apel Senin. Dengan penuh semangat, sejak pagi seluruh karyawan telah berkumpul di halaman untuk mengikuti aktivitas rutin guna koordinasi civitas hospitalia RS Islam Yogyakarta PDHI.
Pada kesempatan itu arahan disampaikan oleh Koordinator Unit Laboratorium, Ibu Sri Rahmawati, A.Md. Beliau memberikan materi mengenai bahaya leptospirosis. “Penyakit leptospirosis ini berasal dari bakteri Leptospira yang terdapat pada air seni hewan yang tercemar bakteri ini. Bakteri ini masuk dalam tubuh manusia melalui selaput lendir mata, hidung atau kulit yang lecet/luka atau dari saluran pencernaan yang terkontaminasi urin tikus yang tercemar bakteri Leptospira,” terang Ibu Wati. Biasanya sering terdapat dalam genangan air dan seringkali kasus leptospirosis saat musim hujan.
Beliau menyampaikan, perlunya kewaspadaan kita terhadap leptospirosis, sebab pada stadium lanjut, penderita dapat mengalami gagal ginjal yang dapat berujung pada kematian. “Ciri-ciri penyakit ini mirip dengan penyakit DB, tipoid dan malaria. Gejalanya panas, mual, pusing yang berujung pada perdarahan, kelainan pernafasan hingga gagal ginjal,” ujarnya. Untuk itu, pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan demi penegakan diagnosa penyakit secara dini. Apalagi, diagnosis klinis penyakit ini sangat sulit dibedakan dengan penyakit lain. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan secara umum dan spesifik.
Misalnya, pada kasus ringan, penderita leptospirosis didapatkan dengan hasil cek darah laboratorium dengan jumlah angka lekosit yang tidak jelas, yaitu bisa normal, turun atau naik sedikit. “Fungsi hati juga meningkat. Sedangkan pemeriksaan urin mengandung proteinuria (adanya protein di urin) dan hematuria (adanya darah dalam urin),” katanya. Sementara pada kasus yang berat, penderita sudah mengalami lekositosis dan trombositosis, berupa kenaikan fungsi ginjal dan hati. Pemeriksaan spesifik adalah pemeriksaan langsung pada bakteri Leptospira dengan mikroskop.
“Pencegahan agar kita terhindar dari bakteri Leptospira ini adalah pola hidup bersih, membersihkan tempat penampungan air, menyimpan makanan dan perabot di tempat yang tertutup, membersihkan sarang-sarang tikus, pendidikan kesehatan tentang bahaya dan penularan penyakit,” ujar Ibu Wati. “Khususnya bagi pekerja dengan risiko tinggi, seperti petani, peternak atau seseorang yang sering terkena genangan air yang terinfeksi bakteri Leptospira,” tambahnya.