
[RSIY PDHI] Sejak pukul 07.30 WIB, Senin (21/11), seluruh karyawan RS Islam Yogyakarta PDHI telah berkumpul di halaman depan Gedung Pertemuan. Para karyawan tersebut pun tampak berbaris dan siap melaksanakan rutinitas Senin, yakni apel pagi. Apel rutin dalam rangka koordinasi seluruh karyawan itupun tampak tertib dan khidmat.
Dalam apel kali itu, pengarahan disampaikan oleh Ketua Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) RS Islam Yogyakarta PDHI, dr. Rizq Karima. Beliau menyampaikan, budaya K3 harus benar-benar diterapkan. “Apalagi, karena kita sebagai rumah sakit yang pastinya banyak sekali risiko yang tidak diinginkan terkait penyakit,” ujar dr. Rizq. Untuk itu, seluruh karyawan diwajibkan mengetahui risiko penyakit yang bisa saja dialami.
Tujuan dari Komite K3, kata dr. Rizq, tidak lain adalah untuk dapat mewujudkan lingkungan yang sehat, aman dan produktif bagi karyawan, pengunjung dan masyarakat. Komite K3 juga memiliki banyak kebijakan dan program kerja demi terwujudnya tujuan yang diinginkan. Kebijakan tersebut antara lain terdiri dari advokasi mengenai pentingnya Komite K3, pembuatan Standar Prosedur Operasional (SPO) serta sosialisasi terkait program kerja K3.
Hal yang tidak kalah penting, menurut dr. Rizq, kesadaran dan tumbuhnya budaya K3 saat bekerja perlu sangat diutamakan. Dalam bekerja, tentunya banyak risiko yang bisa terjadi. Apalagi karyawan RS Islam Yogyakarta PDHI terdiri dari banyak profesi. Ini membuat masing-masing karyawan harus memahami potensi risiko penyakit masing-masing sesuai dengan profesinya. “Risiko penyakit seorang dokter tentu berbeda dengan radiografer atau seorang nutrisionis. Kalau karyawan di Unit Radiologi ya hati-hati dengan radiasi,” jelasnya.
Untuk itulah, dr. Rizq menyatakan bahwa kesadaran berbudaya K3 harus benar-benar dipraktikkan oleh seluruh karyawan tanpa terkecuali. Caranya adalah dengan bekerja sesuai SPO yang ada serta menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Dr. Rizq menyampaikan Komite K3 memiliki beragam program kerja. Program kerja tersebut antara lain mengidentifikasi lokasi kerja demi mengetahui potensi terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan. Dari identifikasi tersebut, tersusunlah pemetaan risiko. Program kerja lain dari Komite K3 adalah menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan, serta pembuatan rambu-rambu dan promosi terkait pentingnya penerapan budaya K3 di RS Islam Yogyakarta PDHI.
Beliau pun mengimbau agar seluruh karyawan dapat mematuhi dan mentaati seluruh aturan dan rambu-rambu terkait K3. “Sebab, ini juga demi diri kita sendiri agar dapat bekerja dengan baik demi kesehatan, keselamatan dan keamanan kita sendiri,” ujar dr. Rizq. Caranya adalah terus konsisten mentaati rambu-rambu K3 dan bekerja sesuai dengan SPO.