
Gawat darurat narkoba di Indonesia memang bukan wacana yang berlebih. Hampir setiap hari kita disuguhi berita penangkapan pengguna narkoba hingga ke pengedarnya, namun masalah narkoba tidak kunjung usai. Peredaran narkoba tidak berkurang, justru bertambah. Kita harus waspada karena Indonesia sekarang sudah menjadi tujuan bandar narkoba internasional.
“Indonesia adalah pangsa pasar terbesar di Asean,” tandas penyuluh narkoba BNN Sleman, Sugani Jiyantoro, S.I. Kom, dalam seminar Bahaya Narkoba Bagi Kesehatan Generasi Bangsa di Gedung pertemuan RSIY PDHI, Sabtu (19/8).
Acara yang digelar oleh RSIY PDHI ini dihadiri oleh pemuda-pemudi di sekitar kecamatan Kalasan. Jiyantoro menjelaskan, berdasarkan data secara nasional, Indonesia prevalensi penyalahgunaan narkoba itu sebesar 2,2% atau sekitar 4,2 juta orang. Dengan rentan usia penyalahguna 10-59 tahun. “Itu adalah usia-usia produktif,” katanya.
Sedangkan untuk propinsi, DIY menempati posisi nomer delapan dari 34 provinsi di Indonesia. Dengan prevalensi 2,32% atau 61.884 orang. Sedangkan untuk kabupaten di DIY, Sleman dan kota Yogyakarta menduduki ranking teratas. “Hampir sepertiga penyalahgunaan narkoba di DIY itu ada di Sleman dengan jumlah kurang lebih 19 ribu orang,” jelasnya.
Jiyantoro menjelaskan, Kabupaten Sleman menduduki peringkat teratas karena Sleman menjadi miniatur Indonesia. Banyak mahasiswa-mahasiswi datang dari seluruh Indonesia untuk belajar di Sleman. Karena di Sleman ada sekitar 45 perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Selain itu, mereka juga indekost sehingga jauh dari pengawasan orang tua. “Apalagi bila kostnya bebas, maka ini menjadi faktor pemicu mereka menyalahgunakan narkoba,” terangnya.
Selain itu, kata Jiyantoro, para pelajar dan mahasiswa ini setiap bulannya pasti dikirimi uang oleh orang tuanya. Setiap bulan, bahkan setiap minggunya. Sehingga dengan adanya uang tersebut, mereka menjadi incaran para pengedar narkoba. “Selain dari sisi emosial masih labil dan mudah dipengaruhi,” jelasnya.
Karenanya, Jiyantoro menghimbau kepada pemuda-pemudi yang hadir untuk menolak bila ditawari temannya atau siapa pun untuk menggunakan narkoba. “Harus berani menolak tegas dan harus punya prinsip kuat karena efek narkoba bisa merusak tubuh dan sekolah,” tandasnya. Jiyantoro kemudian menggambarkan bahwa norkoba itu ibarat jalan satu arah. Di mana bila seseorang sudah berjalan atau memakainya, maka untuk kembali itu susah. “Untuk kembali pulih itu susah, karena otaknya sudah terpengaruh oleh narkoba. Karena efek yang sangat berbahaya dari narkoba adalah adiksi atau ketagihan,” tuturnya.
Sedangkan dr. Muhammad Iqbal, Sp. An. dari RSIY PDHI menambahkan bahwa bahaya narkoba ini harus benar-benar diwaspadai oleh kita semua. Karena setiap harinya, tidak kurang 50 orang meninggal karena narkoba. Baik itu karena mengonsumsi narkoba maupun karena efek dari narkoba.
dr. Iqbal mengingatkan bahwa peredaran norkoba itu sudah sedemikian hebatnya masuk ke masyarakat kita. Hal ini, menurutnya, karena kadang orang tidak secara sadar sedang mengonsumsi narkoba. Inilah hebatnya para sindikat narkoba, di mana narkoba jenis baru terus dikembangkan dengan sangat cepat. Para sindikat narkoba membuat narkoba jenis baru dengan menggunakan ahli farmasi. “Di dunia ditemukan 251 narkoba jenis baru, dan di Indonesia telah ditemukan sebanyak 26 jenis baru,” jelasnya.
Sementara Ery Surayka Puspa Dwi, Psikolog RSIY PDHI menyebut bahwa mayoritas anak-anak remaja yang menyalahgunakan narkoba adalah generasi Z yaitu generasi yang lahir antara tahun 1995-2010. Sebab bila generasi delapan puluhan itu mereka mendatangi narkoba secara sembunyi-sembunyi, sekarang berbalik. “Pada generasi Z ini, narkoba justru mendatangi mereka. Banyak generasi sekarang yang didatangi oleh para pengedar narkoba,” tandasnya.