Diklat Pemadam Kebakaran, Teori Hingga Praktik Padamkan Api

Diklat Pemadam Kebakaran, Teori Hingga Praktik Padamkan Api

Ada pemandangan yang tidak biasa di halaman Masjid Poespodiharjo, Komplek UGD RS Islam Yogyakarta PDHI, Rabu (10/8) dan Kamis (11/8). Usai mengikuti materi, para karyawan tampak bergantian mencoba memadamkan api sesuai dengan contoh beberapa instruktur dari UPT Pemadam Kebakaran (Damkar) BPBD Kabupaten Sleman. Diklat Damkar tersebut diselenggarakan oleh Tim Diklat RS Islam Yogyakarta PDHI agar seluruh karyawan paham dengan bahaya kebakaran hingga mampu praktik memadamkan kebakaran.

Diklat tersebut diawali dengan teori tentang bagaimana proses terjadinya kebakaran. Materi disampaikan oleh Kepala UPT Damkar BPBD Kabupaten Sleman, Bapak Drs. Ismu Achmad Widodo. “Kebakaran adalah api yang tidak bisa dikendalikan yang mengakibatkan kerugian,” terangnya. Penyebabnya pun beragam, mulai dari faktor manusia, hewan maupun alam.

Bapak Ismu mengatakan, kebakaran hanya terjadi jika terdapat tiga unsur. “Ketiganya adalah panas, oksigen (udara) dan bahan bakar (material),” ujar Bapak Ismu. Beliau menjelaskan bahwa dimanapun bisa terjadi kebakaran, apalagi manusia selalu membutuhkan api. Namun, saat kebakaran terjadi, bisa fatal jika sistem proteksi tidak tersedia dan infrastruktur tidak mendukung. Jika sudah demikian, maka kerugian baik materiil maupun non materiil pun tidak akan bisa dihindari saat kebakaran.

Begitu pula di rumah sakit, lanjutnya, potensi terjadinya kebakaran juga harus diminimalisir. Misalnya saja dengan larangan merokok, menghindari penggunaan alat elektronik/alat lain yang rusak atau penggunaan sambungan kabel. “Penanggulangan khususnya pencegahan menjadi sangat penting untuk mengatasi kebakaran,” lanjutnya.
Usai materi, para karyawan pun melanjutkan untuk praktik tentang cara memadamkan api saat kebakaran. Salah satu petugas UPTD Damkar, Bapak Sunarto memimpin praktik pemadaman kebakaran dengan menggunakan alat pemadam api. Beliau menjelaskan jenis-jenis pemadam api beserta cara menggunakan alat-alat tersebut. “Nanti, alat pemadam api yang kita gunakan adalah dengan karung goni, alat pemadam api ringan (apar) dan hidran,” terang Bapak Sunarto.

Para pesertapun satu persatu dan bergantian menirukan instruktur untuk memadamkan api yang telah disediakan. Untuk pemadaman, bisa menggunakan karung goni, atau bisa diganti dengan kain tebal lain yang terlebih dahulu dibasahi air. “Misalnya saja terjadi kebakaran di dapur dari kompor yang meledak, bisa menggunakan selimut, kain ataupun handuk yang harus dibasahi dulu,” ujarnya sambil mempraktikkan pemadaman api. Beliau menambahkan, cara memegang kain basah juga harus benar dan selalu melihat arah angin. “Jangan melawan arah angin, itu untuk melindungi diri dari api,”tambahnya.

Sementara itu, pemadaman api dengan menggunakan apar bisa digunakan di dalam ruangan untuk api yang masih cukup ringan. Apar pun terdapat beberapa jenis antara lain powder dan karbondioksida. “Semuanya harus digunakan dengan cara yang benar agar pemadaman api efektif,” ujar Bapak Sunarto. Selanjutnya, para karyawan pun dipersilakan mencoba apar dan hidran dalam memadamkan api. Seluruh karyawan mengikuti diklat dengan penuh semangat. Harapannya, diklat ini dapat meningkatkan pemahaman dan kualitas seluruh civitas RS Islam Yogyakarta PDHI, khususnya kesadaran waspada dan tanggap pada bahaya kebakaran.

DSC_0084

DSC_0062

DSC_0163

0 Komentar