Implementasi Ibadah Dalam Standar Pelayanan ICT

Implementasi Ibadah Dalam Standar Pelayanan ICT

Hakikat kehidupan manusia sejatinya adalah ibadah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, surat Adz-Dzariyat ayat 56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku”. Karenanya, setiap sisi kehidupan kita bernilai ibadah kepada Allah, termasuk aktivitas pekerjaan kita. Inilah yang disampaikan oleh Manajer SDM RSIY PDHI, H. Karnadi di hadapan para karyawan kemarin.

Ia mengingatkan itu karena setiap hari para karyawan menghabiskan 1/3 waktu dalam sehari bekerja di rumah sakit. Bahkan, bagi karyawan yang kebagian sift malam, waktu tersebut lebih banyak. “Maka sangat rugi ketika sepertiga dari waktu yang kita miliki tidak didasari dengan aktivitas ibadah kepada Allah,” katanya.

Karnadi kemudian memberikan cara agar setiap aktivitas itu dapat bernilai ibadah kepada Allah. Menurutnya, caranya dengan mengamalkan surat Al-Qashash ayat 77, “… dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, ….”. Dalam Hadits riwayat Muslim juga disebutkan“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu.” “Jadi, Allah memerintahkan kita untuk berbuat ihsan,” tegasnya.

Karnadi kemudian menerangkan apa itu ihsan sambil mengutip sebuah hadits nabi saw. Menurutnya, sebagaimana jawaban nabi saw, ihsan adalah beribadahlah seolah-olah kalian melihat Allah. Kalau tidak bisa merasa melihat Allah, maka yakinlah sesungguhnya Allah melihat kita. “Kita maknai ihsan seperti penjelasan Rasul kepada sahabat. Kita bekerja atau beraktivitas seolah-olah melihat Allah,” jelasnya.

Buya Hamka
Sumber: katabuku,com

Menurut Karnadi, kalau kita menjadikan pekerjaan adalah bagian dari ibadah, maka ketika bekerja, kita harus menghadirkan Allah di dalam aktivitas. Meskipun tidak ada atasan, manajer ataupun direktur yang melihat kita bekerja, kita hadirkan Allah, seolah-olah melihat Allah. Kalau tidak bisa, yakinlah, Allah pasti melihat kita. “Sehingga jika kita bekerja tidak baik, maka Allah senantiasa melihat dan malaikat-Nya mencatat setiap pekerjaan kita,” tuturnya.

Dalam melaksanakan ihsan ini, menurut Karnadi, kita dituntut untuk memiliki sifat muraqabatullah dan maiyatullah. Kita selalu merasa dekat, diawasi dan dibersamai oleh Allah. “Sehingga jika kita bermalas-malasan dalam bekerja, kita ingat bahwa setiap pekerjaan akan dimintai pertanggungjawabannya,” ingatnya.

Ihsan Dalam Konsep ICT

Bagaimana agar kita dapat berbuat ihsan? Karnadi mencontohkan berbuat ihsan dengan standar pelayanan ICT dalam rumah sakit. Pertama, ihsan di awal aktivitas yang disebut dengan Ikhlasun Niyat (Niat yang Ikhlas). Dalam standar Customer Service Exellence(CSE) ada ICT (Ikhlas, Cerdas, Tuntas). Ikhlas adalah niat beraktivitas karena Allah, bukan karena uang, dipuji atau urusan dunia. “Niat yang ikhlas akan menghilangkan keluh kesah negatif saat kita bekerja,” katanya.

Kedua, Itqonul ‘Amal, yaitu ihsan di dalam amal. Dalam ICT, setelah ikhlas adalah cerdas. Bekerja secara professional sesuai dengan panduan, SPO (Standar Prosedur Operasional) dan kebijakan yang berlaku. Ketiga, ihsan di akhir pekerjaan kita, disebut dengan Jaudatul Adaa’ (Penyelesaian yang baik). Seperti “T” dalam ICT yaitu tuntas. “Karenanya, kita dituntut untuk bekerja secara ihkhlas, cerdas, dan tuntas,” tegasnya.

0 Komentar