
Oleh : Siti Marfu’ah, A.Md. (Koordinator Laboratorium RS Islam Yogyakarta PDHI)
Demam Tifoid (Typhus Abdominalis) atau di kalangan masyarakat luas sering disebut penyakit Tifus atau Tipes merupakan penyakit endemik di negara-negara berkembang yang masih menjadi persoalan besar. Demam Tifoid mempunyai variasi gejala klinis yang luas dari ringan, sedang dan berat, tergantung pada interaksi kuman (antigen) dengan pasien (host) dan obat yang semuanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Variasi gejala klinis yang terlalu luas dan tidak selalu khas inilah yang menyebabkan sulitnya penetapan secara klinis diagnosa Demam Tifoid, karena gejala klinis menyerupai penyakit lain yang bergejala demam. Pemeriksaan laboratorium merupakan sarana yang sangat berarti dalam mendiagnosa penyakit ini.
Ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa Demam Tifoid ini, namun yang paling baku adalah ditemukan Salmonella typhi dari beberapa jenis spesimen dari penderita pada pemeriksaan kultur. Namun pemeriksaan ini belum tentu berhasil karena berbagai faktor dan memakan waktu yang lama dalam prosesnya. Uji Laboratorium yang lebih sederhana adalah tes Widal yang mendeteksi Immunoglobulin G (IgG) atau antibodi yang terbentuk dalam tubuh pasien setelah demam berlangsung lebih dari 5 hari. Ada juga dengan pemeriksaan yang lebih sederhana dengan metode kromatografi Rapid Test untuk mengetahui IgG maupun IgM. Namun dalam artikel ini tidak akan membahas perbedaan dari masing-masing metode tes laboratorium.
Infeksi Demam Tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella typhi . Prinsip penularannya adalah berawal dari masuknya makanan ataupun air yang terkontaminasi kuman tersebut ke dalam tubuh manusia. Manusia adalah satu-satunya pejamu (host) dari kuman ini, artinya kuman ini tidak membutuhkan hospes perantara (seperti binatang pembawa kuman). Di negara-negara berkembang penularan kuman ini melalui transmisi water-borne dan food-borne di mana kontaminasi disebabkan oleh penanganan air dan makanan yang tidak sehat.
Ketika kuman Salmonella menyerang, ia tidak langsung menyebar ke dalam aliran darah, ia akan mencapai usus kecil dahulu. Masa inkubasi Demam Tifoid ini biasanya 8 – 14 hari. Tubuh pasien yang telah terpapar kuman ini akan melakukan respon immun yang akan mencegah seseorang terserang kembali penyakit yang sama. Biasanya Demam Tifoid menimbulkan kekebalan seumur hidup dan infeksi ulang jarang terjadi. Meskipun demikian beberapa pasien yang sembuh dari Demam Tifoid hanya mendapatkan kekebalan terbatas yang mungkin tidak cukup untuk melindungi diri.

Apa itu demam tifoid? (gudangkesehatan.com)
Gejala klinis mulai dari derajat demam rendah, merasa lemas dan batuk ringan hingga ke suatu gambaran klinik berat dengan gastroenteritis akut (diare) dan komplikasi ganda. Banyak faktor yang mempengaruhi keparahan yang ditimbulkan antara lain lama periode penyakit sebelum diberikan pengobatan yang sesuai, pemilihan antibiotik, umur pasien, riwayat vaksinasi atau riwayat pernah tidaknya menderita penyakit tersebut, virulensi strain kuman (tingkat keganasan kuman) serta faktor pasien (memakai obat-obat yang menekan kekebalan atau tidak).
Tingkat keparahan infeksi Demam Tifoid dapat digolongkan menjadi infeksi akut non komplikasi, Infeksi akut dengan komplikasi dan pasien carrier. Pada infeksi akut non komplikasi, Demam Tifoid ditandai dengan demam berkepanjangan, gangguan buang air besar (sembelit pada dewasa, pada anak-anak diare), sakit kepala, merasa lemah dan tidak nafsu makan. Batuk juga bisa terjadi di awal infeksi. Selama periode demam, pasien dapat timbul exanthem (kemerahan) di dada, perut dan punggung.
Infeksi Demam Tifoid melalui empat fase yaitu inkubasi, invasi, periode status dan involusi. Demam Tifoid biasanya memiliki periode inkubasi 1-2 minggu setelah kuman tertelan, tetapi bisa juga dalam waktu 3 hari – 2 bulan tergantung jumlah kuman. Masa invasi adalah gejala klinis yang pertama kali muncul, biasanya demam diikuti nyeri sakit kepala, batuk non-produktif, lemas, insomnia, kehilangan nafsu makan dan rasa tidak enak di perut yang disertai dengan sembelit. Periode status terjadi setelah beberapa minggu di mana demam menetap, detak jantung lambat dan nadi cepat. Dapat juga terjadi pembengkakan hati, empedu, nyeri perut, sembelit pada dewasa, diare pada anak, tenggorokan kering, lidah kadang terlihat berwarna seperti merah stroberi. Pada pasien tanpa pengobatan biasanya mulai sembuh sekitar 4 minggu, tetapi gangguan nyeri perut tetap bertahan. Penyembuhan total memerlukan 3-4 bulan.
Pada infeksi akut dengan komplikasi, terjadi infeksi Demam Tifoid akut yang berat disertai komplikasi. Tergantung pada penetapan klinis dan kualitas layanan kesehatan yang tersedia maka sekitar 10% pasien tifoid dapat berkembang menjadi komplikasi serius. Sekitar 30% pasien dilaporkan dengan melena (BAB berdarah). Gangguan pencernaan berkembang dan meningkat. Komplikasi lainnya yang dapat terjadi adalah perforasi usus dan dapat terjadi penurunan kesadaran. Sekitar 1-5% pasien Demam Tifoid dapat menjadi kronis di mana terdapat kuman di kandung empedu, sehingga pasien disebut sebagai pembawa kuman (carrier) walaupun tidak ada gejala.

Penderita demam tifoid atau tifus. (kompasiana.com)
Pengobatan Demam Tifoid adalah dengan pemberian antibiotik, istirahat serta terapi suportif. Perlu penanganan cermat baik klinisi maupun masyarakat luas baik dalam penanganan pasien maupun pencegahan terjadinya infeksi dengan menjaga kebersihan makanan dan air yang akan dikonsumsi.