Penularan dan Pencegahan Antraks

Penularan dan Pencegahan Antraks

Oleh : dr. Andri Rais, Sp.PD. (Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Islam Yogyakarta PDHI)

Permulaan 2017 ini, masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya tengah menaruh perhatian khusus mengenai penyebaran wabah antraks. Belasan warga Kulonprogo diduga terjangkit penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis tersebut. Bahkan, selain di Kulonprogo terdapat seorang warga Godean yang meninggal akibat antraks (Tribunnews.com). Kejadian itu tentunya sempat meresahkan warga DIY dan menimbulkan berbagai macam kekhawatiran.

 Tindakan terbaik yang perlu dilakukan bukan larut pada kekhawatiran semata namun beralih pada kewaspadaan. Hal pertama yang perlu diketahui adalah sumber penularan penyakit antraks. Perlu diketahui bersama, penyakit ini berasal dari bakteri yang hidup di tanah, yakni Bacillus anthtracis. Sifat bakteri ini adalah endospora dan memiliki kemampuan bertahan hidup yang sangat kuat. Bahkan, masa hidupnya bisa mencapai 70 tahun. Biasanya, Bacillus anthtracis hidup di tanah-tanah yang lembab dan akar-akar rerumputan.

Bakteri ini dapat menyerang melalui beberapa cara, yakni masuk melalui kulit, oral (termakan) atau melalui respirasi (pernafasan) pada hewan ternak. Biasanya hewan ternak yang diserang adalah hewan pemakan rumput. Hewan ternak yang telah terinfeksi bakteri akan diserang dengan sangat ganas. Bakteri ini berbahaya, sebab dapat mematikan hewan ternak dalam beberapa hari saja. Begitu pula jika manusia telah terinfeksi antraks. Inilah yang membuat penyakit antraks menimbulkan banyak korban jiwa, bahkan dalam waktu yang singkat.

Jika seseorang sudah terjangkit antraks, biasanya akan terjadi gejala-gejala tertentu. Selain gejala umum infeksi bakteri seperti demam, mual, pusing dan nyeri, ada gejala khusus yang biasanya ditunjukkan pasien antraks. Salah satunya adalah adanya gangguan/kelainan kulit seperti luka koreng yang ditengah bagian lukanya berwarna hitam.  Bagian hitam tersebut adalah tempat dimana bakteri berkumpul dan menginfeksi kulit. Saat ini terjadi dan dibiarkan, maka bakteri akan menginfeksi lebih jauh. Yakni bakteri menyebar ke dalam darah, menuju organ-organ tubuh lain, otak dan menginfeksi seluruh tubuh serta menimbulkan kematian.

Berbeda jika bakteri terhirup dalam pernafasan manusia. Misalnya dari hewan ternak, kandang atau peralatan ternak yang telah positif terinfeksi antraks. Jika terhirup manusia, maka bakteri Bacillus anthracis akan langsung menyerang paru-paru, menyebabkan peradangan pada paru-paru hingga membuat seseorang mengalami gagal nafas.

Selain melalui kulit dan pernafasan, bakteri ini dapat menyerang melalui oral (makanan/mulut). Ini terjadi misalnya saat seseorang mengonsumsi daging ternak yang telah tercemar bakteri antraks serta perilaku dan pola hidup yang tidak sehat. Misalnya makan tanpa mencuci tangan dan dalam keadaan kotor, padahal usai mengurusi hewan ternak. Ini dapat membawa bakteri terbawa ke perut, menyerang lambung dan usus hingga membunuh dengan cepat.

Untuk itulah, pasien yang diduga terinfeksi/menunjukkan gejala terjangkit antraks harus secepatnya mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Jika tidak, maka bakteri akan sesegera mungkin menginfeksi dan membahayakan nyawa. Bahkan, ada isu yang beredar bahwa penyakit ini belum ditemukan obatnya dan tidak bisa disembuhkan. Akan tetapi, kabar yang beredar tidak benar adanya, sebab bakteri penyebab antraks dapat dibunuh dengan penggunaan antibiotik dan pasien bisa disembuhkan. Saat ini pemerintah juga telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi wabah antraks, misalnya melakukan vaksin dan pemeriksaan ternak di daerah rawan.

Upaya Pencegahan Antraks

  1. Terapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Membersihkan diri usai melakukan pekerjaan, mencuci tangan sebelum makan agar terhindar dari kuman penyakit. Selain bersih diri, membersihkan sarana, rumah dan lingkungan tempat tinggal juga tidak kalah penting.
  2. Terkait adanya wabah antraks, jika lingkungan kita berada dekat dengan sumber infeksi (misalnya kandang hewan ternak seperti kambing/sapi) dan dicurigai adanya antraks (dilihat dari hewan, sakit-sakitan atau tidak), maka menghindari sumber infeksi penting dilakukan.
  3. Apalagi, jika hewan ternak telah positif terjangkit antraks, maka segala yang berhubungan dengan hewan tersebut (kandang, alat-alat ternak) harus dibakar/dimusnahkan. Sebab, tidak menutup kemungkinan infeksi bisa terjadi karena kontak langsung dengan lingkungan endemik. Begitu pula dengan daging hewan ternak yang positif terjangkit antraks. Selain dagingnya tidak boleh dikonsumsi, bangkai hewan tersebut juga harus dibakar lalu dikubur dalam-dalam. Bahkan menandai areal penguburannya.
  4. Jika perlu, hindari daerah endemik (daerah sumber wabah antraks) untuk menghindari potensi risiko penularan.

Bakteri Bacillus anthracis penyebab antraks. (indonesiana.tempo.co)

Sapi, salah satu ternak yang sering terjangkit antraks. (civas.net)

0 Komentar