
Radiologi semakin menjadi kebutuhan utama sebagai salah satu penunjang diagnostik saat ini. Apalagi di era digital saat ini, setiap RS dituntut untuk bisa memanfaatkan teknologi guna mempercepat pelayanan radiologi. Maka lahirlah istilah Teleradiologi. Namun masih sedikit rumah sakit yang mampu menggunakannya. RS Islam Yogyakarta PDHI merupakan salah satu rumah sakit yang sudah menerapkannya.
Kepala Unit Radiologi RSIY PDHI, Ali Rooin Mas’uul, S.Si, menyampaikan itu kemarian. Ali menjelaskan, teleradiologi adalah suatu sistem yang dapat menjalankan atau dapat memberikan ekspertise, khususnya untuk dokter dalam memberikan bacaan foto atau rontgen di mana pun dan kapanpun. “Dokter tersebut tidak harus datang ke rumah sakit,” katanya.
Menurut Ali, dokter radiologi bisa membaca foto melalui sebuah aplikasi yang bisa diinstall di smartphone. Petugas radiologi akan memasukkan foto rontgen tersebut ke dalam sistem tersebut, sehingga dokter bisa membuka foto rontgen tersebut melalui smartphone. “Jadi bisa di mana saja dan kapan saja,” jelasnya.
Di RSIY PDHI sendiri, pengajuan program teleradiologi ini sudah dimulai sejak tahun 2013. Awalnya, Ali mengajukan program agar hasil komputer radiografi tersebut dapat berupa digital. Output dari komputer radiografi ini nantinya akan kita pindahkan ke dalam sistem teleradiologi tersebut. Namun baru sekarang program teleradiologi tersebut dapat terealisasikan. “Saya bersyukur, program ini hasil dari pengembangan tim IT sendiri dari koordinasinya secara intens dengan unit radiologi,” terangnya.
Sekarang, lanjut Ali, aplikasi teleradiologi sudah sampai pada tahap uji coba lapangan di internal RS. Sedangkan untuk penggunaan di luar atau melalui smartphone, program ini sudah berjalan untuk Kepala Unit dan beberapa dokter serta sudah siap dioperasionalkan di luar. “Jadi saya sudah bisa membuka aplikasi sistem teleradiologi ini di rumah,” tandasnya.
Keuntungan
Sejak diterapkannya teleradiologi tersebut, sekarang Unit Radiologi sudah tidak lagi menulis seperti register, input tindakan, dan hal-hal manual lainnya. Karena hal itu cukup dilakukan sekali ketika melakukan billing tindakan di SIM RS (Sitem Informasi Manajemen Rumah Sakit). Ali menjelaskan, ketika kita melakukan input awal, secara otomatis akan masuk ke dalam SIM Radiologi. Kemudian masuk ke Kasir untuk nota tindakan dan nanti hasil bacaannya masuk ke Asuransi. “Jadi kami cukup sekali klik,” terangnya. “Sekarang sedang mengembangkan nilai dosis untuk manajemen risiko dalam standar akreditasi Radiologi,” imbuhnya.
Hemat Biaya
Ali menjelaskan bahwa sistem ini akan menghemat biaya karena orientasinya adalah menghilangkan film dan diganti dengan digital. “Jadi goalnya dari program ini memang film itu harus hilang, karena dari segi anggaran cukup memakan biaya yang sangat banyak,” katanya.
Selain itu, sistem ini akan mempermudah dan mempercepat pelayanan radiologi. Ali menjelaskan, bila ada pasien yang difoto, misalnya dari bangsal, maka pasien tersebut difoto di radiologi. Setelah selesain, foto tersebut langsung diinput ke dalam sistem tersebut. Sehingga, pasien belum sampai dibawa ke bangsal, hasil fotonya sudah ada di sana duluan. “Jika dokternya bisa langsung membaca, hasil bacaan fotonya juga sudah sampai sana (bangsal) duluan,” tandasnya.
Dengan sistem ini, jika Dokter Penanggung Jawap Pasien (DPJP) ingin melihat hasil foto rontgen bisa menggunakan aplikasi yang ada di bangsal tersebut. Semua data ini bentuknya adalah digital, baik itu fotonya maupun hasil bacaannya. Karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada tim IT yang telah mensupport dan melakukan koordinasi secara intens kepada unit Radiologi. “Tanpa kerja sama keduanya, mustahil sistem ini akan lahir,” jelasnya.